COPADA_IPA 2

Grup IPA 2 MAN REJOTANGAN / MAN 3 Tulungagung

COPADA_IPA 2

Dibentuk pada Tahun 2012

COPADA_IPA 2

Dibentuk di Sebuah Ruangan "The Litle Box to get Success"

COPADA_IPA 2

Terdiri Dari 31 Anak, 6 Laki-Laki

COPADA_IPA 2

31 Anak, 25 Perempuan

Jam

Minggu, 31 Agustus 2014

Khabibah bersajak hanya untuk yang terkasih.



Loker sajak-sajak usang Nurul Khabibah


*****

Khabibah bersajak hanya untuk yang terkasih.

*****

KENYATAANNYA?
Betulkah semesta mengaminkan apa yang aku semogakan?
Kurasa tidak
Cuma angan angan
Benarkan?
Tapi itu bukan tipuan
Lihatlah!
Telah sebegitu rupa kau tawarkan tawa
Tapi ternyata alam tak menerima
Benar begitu?
21/07/14/Tulungagung


SEPERTI HIDUP
Terasa begitu hambar
Musim ini tetap layu
Padahal semi
Tapi tak berbunga
Tak berbau
Juga tak berwarna
   Aku takut tak merasa
   Riwisnya hanya satu
   Tapi entah di mana
Jalanan yang tak lekang
Hanya candu yang bisa ditemui
Sakau di mana-mana
Entah kapan selesai
    Kau tak mengerti
  Dia tak mengerti
    Mereka tak mengerti

Sunyi

  Riwisnya di mana
  Jejalan ini begitu suram
  Tak ada yang paham
  Semua terbias jelas
  Tapi sebegitu hampa
Kini sabit itu terbalik
Seketika meruang tak karuan
Dunia kelabu
Pun juga hidup
Yang samar-samar tak jelas
Kapan bisa berbalik?
21/07/14/Tulungagung

MISTERI ORANG MABUK
Misteri apa yang disembunyikan,
candu di tangan dan sabit di bibir,
berjalan gontai sambil komatkamit,
Entah.
aku tak tahu.
28/06/14/Semarang

SEPERTI NYANYIAN RINDU
Aku selalu memikirkan-Mu
Ditengah gemericik air hujan
             Yang sarat akan nyanyian
Aku benar benar tak bisa
Menahannya
Mengecup bibir-Mu yang
            Manis
Detak jantung
     Begitu cepat dan tak
Beraturan
       Dentuman demi dentuman
                        Mengingatkan aku  pada-Mu
aKU tersenyum tanpa sadar
Kabut imajiner melanda
Hatiku
Masih dalam kealpaan
Aku mengingat                    nama-Mu
11/05/14/Semarang

SEBELUM TIBA WAKTU
dengarlah aunganku di
sudut kamar itu, suaraku
menggema bagai bekel
indah, dengarlah baikbaik
puisi yang kubaca untukmu,
wahai kawankawanku,
lihatlah tingkahku malam ini
yang gila akan kau,
ku bersyair tentang detak
jam yang tak pernah
berhenti, persis seperti
detakan jantungku yang
selalu berucap “RINDU,”
betapa indah jika kita
mampu berdiri bersama
malam ini, sebelum nantinya
kita akan berpisah untuk
waktu yang entah berapa,
19/08/14/Tulungagung


HASRAT CINTA YANG TERPENJARA
izinkan aku meliarkanmu malam ini
hanya untuk memuaskan hasrat yang telah lama terpenjara.
perkenankan aku bersetubuh denganmu malam ini wahai sajaksajakku.
marilah kita habiskan malam dengan sajaksajak indah,
hiraukan suarasuara tak bersahabat itu,
nikmatilah kerinduanku padamu yang kian menggeliat,
lalu katakan padaku,
kita tutup dengan apa sandiwara ini?
19/08/14/Tulungagung

AKU MERINDUKAN SAJAK MAKA AKU BERSAJAK
aku merindu pada sajak,
ketika tak bisa memberinya
padamu, kawan seperjalanan.
malam ini aku bersajak
tentang suara layanglayang
yang begitu tenang,
tentang hembusan angin malam
yang menusuk tulangku,
tentang nyanyian bebek
yang entah siapa yang punya.
aku merindukan sajak
seperti aku merindukanMu,
dengar dan lihatlah,
aku bersajak malam ini,
ditengah hiruk pikuk kematian,
ditengah meriahnya perkawinan,
di tengah ramainya pesta padi.
malam ini aku bersajak,
hanya untuk engkau yang sedang hijrah
entah sampai kapan.
19/08/14/Tulungagung


KETIKA MENGINGAT DI KESUNYIAN MALAM
Hanya api yang melintasi
cakrawala gelap ini, di sini
Aku masih belum akan lelap,
Terberkatilah tiga anak manusia itu,
Tawanya yang terukir di rongga ini, sesuatu
telah membawa kita kelembah bodoh, tapi
kita masih tetap tertawa,
Gelak itu terpatri jelas, terbersit
serupa batu cadas di jalan tol,
Lihatlah!
Kesunyian yang membawa kita ke lembah hitam,
Di mana hanya ada suara jangkrik yang
Memekakkan telinga.
26/07/14/Tulungagung


AKU MENGAMATIMU, LAUT.
biru di ujung sana,
mendinginkan kalbu,
gemuruh suaranya
menggema di telinga,
ku hanya memandang,
mengamati, semua yang ada,
elok,
sangatlah apik,
semilir angin menyapu segala yang ada, indah,
sungguh indah,
gelombang itu,
pulau pulau itu,
gunung gunung itu,
memesona.
03/08/14/Tulungagung


DI GEDUNG ITU AKU MEMBISU
Gemuruh suara itu,
Memekakkan telingaku,

Kini sepi lagi,

Ocehan-ocehan itu,
Hanya bisa ku dengar,

Tapi ku tetap membisu,

Di tempat ini,
Gedung tua ini,

Ada kebisuanku.
Semarang, 2014

BUKAN SEJARAHKU
ode yang kau kirim itu
meninggikan nadaku
sajaksajak usang itu
mengutukmu menjadi lintah
menjijikkan, sangat
menjijikkan.

taukah kau?
telah begitu rupa ku susun
anak tangga, ku basahi
setiap angin yang lewat, ku
tiup lautan lepas

tapi nyatanya itu tak apa,
lalu apa? kau buatku
bingung,
dongengdongeng para
pendahulu telah meracuni
pikiranmu, kupikir. lalu kau
tanam tunas itu di
kepalamu, dan akhirnya kau
lupa siapa pencipta
sajaksajak usang itu.

benarkah
jika ia, jangan anggap aku
kawan,
ini sejarahmu
dan bukan sejarah kita
Tulungagung, 19/08/14

PERPISAHAN ITU...
aku sedang membaca ramalan bintang,
menyapih tiaptiap kecemasan,
menyulam pengharapan,
mengukur waktu.
langit dirasa tak mampu lagi menawarkan itu semua.
hinga yang telak adalah wajahwajah berpayung malam dan nanar.
merembes dalam.
mengakar pada nyeri.
ngeri.
dan pada akhirnya,
pertemuan dan perpisahan adalah sama saja.
iakan teman.
Tulungagung/19/08/14

MALAM doa-doa KU
“MALAM” kataku pada suatu malam.
engkau mendengarnya bukan.
seperti doa-doa perpisahan
begitulah;
ketika dulu kita masih sekolah.
ketika akhirnya kita
sama-sama larut;
dan malam makin hangat saja
berkaca-kaca
waktu cuma pokok pepohonan yang menua
seperti itulah;
bukankah perjalanan kita kebelakang menyenangkan,
sekaligus membuatku jatuh hati?
Tulungagung/19/08/14