
Kabayan Sakit
Kabayan sedang menderita pilek dan batuk. Malam sebelumnya Kabayan memang terkena hujan ketika pulang dari rumah Pak RT.
Kabayan pun dianter Nyi Iteung pergi ke Puskesmas.
Pulang dari Puskesmas, Kabayan merasa yakin bahwa sakitnya akan segera sembuh. Pak Mantri yang sangat baik itu, memberinya 2 macam obat yang harus diminum.
Sore hari ketika Kabayan harus minum obat, Nyi Iteung tidak nampak.
“Lagi ke rumah Abah kali ya.” gumam Kabayan.
Kabayan pun meminum obat yang didapatnya dari Puskesmas.
Tak lama kemudian Nyi Iteung datang, dan dengan terheran-heran dia menyaksikan Kabayan sedang meloncat-loncat.
“Kang Kabayan, udah sembuh? Baru minum obat kok sudah langsung olah raga?” tanya Nyi Iteung.
“Akang… bukan… sedang.. olah .. raga Nyi..” kata Kabayan sambil terengah-engah.
“Tapi tadi Akang lupa membaca label di botol obat batuk. Disitu ditulis, kocok dahulu sebelum diminum.”
Rupanya Kabayan meloncat-loncat supaya obatnya bisa dikocok di dalam perut.
Nyi Iteung menjadi bertambah bingung dengan penjelasan Kabayan.
Kabayan sedang menderita pilek dan batuk. Malam sebelumnya Kabayan memang terkena hujan ketika pulang dari rumah Pak RT.
Kabayan pun dianter Nyi Iteung pergi ke Puskesmas.
Pulang dari Puskesmas, Kabayan merasa yakin bahwa sakitnya akan segera sembuh. Pak Mantri yang sangat baik itu, memberinya 2 macam obat yang harus diminum.
Sore hari ketika Kabayan harus minum obat, Nyi Iteung tidak nampak.
“Lagi ke rumah Abah kali ya.” gumam Kabayan.
Kabayan pun meminum obat yang didapatnya dari Puskesmas.
Tak lama kemudian Nyi Iteung datang, dan dengan terheran-heran dia menyaksikan Kabayan sedang meloncat-loncat.
“Kang Kabayan, udah sembuh? Baru minum obat kok sudah langsung olah raga?” tanya Nyi Iteung.
“Akang… bukan… sedang.. olah .. raga Nyi..” kata Kabayan sambil terengah-engah.
“Tapi tadi Akang lupa membaca label di botol obat batuk. Disitu ditulis, kocok dahulu sebelum diminum.”
Rupanya Kabayan meloncat-loncat supaya obatnya bisa dikocok di dalam perut.
Nyi Iteung menjadi bertambah bingung dengan penjelasan Kabayan.
Kabayan Cinta Musik
Suatu hari Nyi Iteung lagi datang manjanya, dia pengen makan buah Nangka. Maka dia panggil sang suami tercinta, Si Kabayan…
“Kang, Iteung teh pengen makan Nangka, tolong atuh Kang di ambilin di pohon kan udah ada yang mateng….”, begitu Nyi Iteung dengan manjanya…
Kabayan pun langsung menimpali…,”Eh Nyi jangankan cuman naik pohon nangka, naik kapal aja akang mau demi Nyai mah…”
Kabayan pun dengan golok dipinggang, sigap naik pohon nangka yang banyak cabangnya, walaupun lumayan tinggi.
Begitu sampai diatas, Kabayan segera menebas buah Nangka dengan goloknya, maka bag..big..bug..bag..big..bug..beg.. begitu suara buah Nangka jatuh yang terkena dahan-dahan sebelum sampai di tanah dan mengeluarkan suara musik yang merdu bagi Kabayan.
“Wah enak euy suaranya, merdu sekali. Bagaimana kalo golok saya jatuhin? lebih enak kali..”,kata Kabayan.
Kemudian Kabayan menjatuhkan goloknya.
Tang..ting..tung..tang..ting..tung..teng.. begitu suara golok menimpa dahan.
Waduh enak juga ya….yang ini pasti lebih enak suaranya.
Maka… “Hek! wadauw! hek! aawww!, hek! aduh! buk! Iteung!!!!!! Tulungin akang Teung…Aduuuh…” teriak Kabayan kesakitan
Ternyata si Kabayan menjatuhkan badannya…….
Suatu hari Nyi Iteung lagi datang manjanya, dia pengen makan buah Nangka. Maka dia panggil sang suami tercinta, Si Kabayan…
“Kang, Iteung teh pengen makan Nangka, tolong atuh Kang di ambilin di pohon kan udah ada yang mateng….”, begitu Nyi Iteung dengan manjanya…
Kabayan pun langsung menimpali…,”Eh Nyi jangankan cuman naik pohon nangka, naik kapal aja akang mau demi Nyai mah…”
Kabayan pun dengan golok dipinggang, sigap naik pohon nangka yang banyak cabangnya, walaupun lumayan tinggi.
Begitu sampai diatas, Kabayan segera menebas buah Nangka dengan goloknya, maka bag..big..bug..bag..big..bug..beg.. begitu suara buah Nangka jatuh yang terkena dahan-dahan sebelum sampai di tanah dan mengeluarkan suara musik yang merdu bagi Kabayan.
“Wah enak euy suaranya, merdu sekali. Bagaimana kalo golok saya jatuhin? lebih enak kali..”,kata Kabayan.
Kemudian Kabayan menjatuhkan goloknya.
Tang..ting..tung..tang..ting..tung..teng.. begitu suara golok menimpa dahan.
Waduh enak juga ya….yang ini pasti lebih enak suaranya.
Maka… “Hek! wadauw! hek! aawww!, hek! aduh! buk! Iteung!!!!!! Tulungin akang Teung…Aduuuh…” teriak Kabayan kesakitan
Ternyata si Kabayan menjatuhkan badannya…….
Pak lebay
Dahulu, disebuah desa
ada seorang guru yang bernama Pak Lebai. Pada suatu hari dia mendapat dua
undangan pesta orang orang kaya dari desa tetangga.Sayangnya pesta
tersebut diadakan pada hari yang sama dan jam yang sama. Pak Lebaipun
menimang-nimang untung dan rugi dari setiap undangan.tetapi dia tetap tidak
bisa mengambil keputusan dengan cepat. Dia berpikir kalau pergi ke pesta desa
hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala sapi, tetapi
masakan orang hulu sungai katanya kurang enak dan tuan rumah hulu sungai tidak
seramah hilir sungai. Kalau Pak Lebai pergi ke pesta hilir sungai dia akan
mendapat hadiah seekor kepala Sapi yang dimasak enak,tuan rumahnya juga sangat
ramah.
Pak Lebaipun mengayuh sampan kedesa hilir sungai.Tiba-tiba ditengah perjalanan dia berubah pikiran, dia mengayuh sampannya ke desa hulu sungai, karena dia dengar di desa hulu sungai tuan rumahnya akan memberikan tambahan kue-kue untuk tamunya.Ketika hampir tiba di desa hulu sungai dia melihat beberapa tamu mengatakan kalau sapi yang disembelih kurus kurus. Pak Lebaipun berbalik arah menuju desa hilir sungai.Tiba di desa hilir sungai ternyata pestanya sudah selesai.Pak Lebai cepat-cepat mengayuh sampannya ke desa hulu sungai, tapi sayangnya pesta disanapun sudah selesai. Pak Lebai tidak mengapatkan kepala sapi yang diinginkan,padahal dia sangat lapar.Lalu dia memutuskan untuk pergi memancing ikan dan berburu.
Pak Lebai lalu membawa bekal nasi dan mengajak anjingnya.Setelah beberapa lam kailnya dimakan ikan,tetapi sayang kail itu menyangkut didasar sungai.Pak lebaipun turun kebawah untuk mengambil ikan tersebut, tapi sayang ikan tersebut lolos. Sementara Pak Lebai sibuk mengambil kail pancing yang tersangkut, anjing pak Lebai menghabiskan bekal nasi yang dibawa pak Lebai.
Sungguh malang Pak Lebai diapun pulang kerumah dengan menahan rasa lapar.Karena kemalangan nasibnya diapun dijuluki si Lebai Malang.
Nah,.......itulah kisah si Lebai Malang.Karena keserakahan akan mendatangkan kemalangan.
Pak Lebaipun mengayuh sampan kedesa hilir sungai.Tiba-tiba ditengah perjalanan dia berubah pikiran, dia mengayuh sampannya ke desa hulu sungai, karena dia dengar di desa hulu sungai tuan rumahnya akan memberikan tambahan kue-kue untuk tamunya.Ketika hampir tiba di desa hulu sungai dia melihat beberapa tamu mengatakan kalau sapi yang disembelih kurus kurus. Pak Lebaipun berbalik arah menuju desa hilir sungai.Tiba di desa hilir sungai ternyata pestanya sudah selesai.Pak Lebai cepat-cepat mengayuh sampannya ke desa hulu sungai, tapi sayangnya pesta disanapun sudah selesai. Pak Lebai tidak mengapatkan kepala sapi yang diinginkan,padahal dia sangat lapar.Lalu dia memutuskan untuk pergi memancing ikan dan berburu.
Pak Lebai lalu membawa bekal nasi dan mengajak anjingnya.Setelah beberapa lam kailnya dimakan ikan,tetapi sayang kail itu menyangkut didasar sungai.Pak lebaipun turun kebawah untuk mengambil ikan tersebut, tapi sayang ikan tersebut lolos. Sementara Pak Lebai sibuk mengambil kail pancing yang tersangkut, anjing pak Lebai menghabiskan bekal nasi yang dibawa pak Lebai.
Sungguh malang Pak Lebai diapun pulang kerumah dengan menahan rasa lapar.Karena kemalangan nasibnya diapun dijuluki si Lebai Malang.
Nah,.......itulah kisah si Lebai Malang.Karena keserakahan akan mendatangkan kemalangan.
Si Luncai telah dijatuhkan hukuman oleh raja supaya dibuang ke tengah laut.
Si Luncai dihukum kerana kesalahannya mempermain-mainkan raja serta
pembesar-pembesar baginda oleh itu dia menerima hukuman itu dengan tenang.
Pesuruh raja pun bersiaplah membawa Si Luncai ke dalam perahu untuk dibawa ke tengah laut kerana Si Luncai akan dibuang ke dalam laut itu nanti. Si Luncai telah dimasukkan ke dalam sebuah guni dan dipikul ke pangkalan.
Apabila sekaliannya telah siap, maka perahu itu pun dikayuhlah ke tengah laut. Dari dalam guni itu Si Luncai dapat melihat beberapa biji labu air terdapat di dalam perahu. Setelah lama mereka berkayuh, maka Si Luncai berkata; “kasihan benar aku melihat kamu semua terlalu teruk berkayuh. Mahukah kamu semua jika aku ajarkan lagu untuk menghilangkan penat kamu semua itu?”
Salah seorang daripada mereka berkata; “Diamlah kamu, sebentar lagi kamu akan dicampakkan ke dalam laut ini”. Mendengar kata-kata yang sedemikian itu, maka Si Luncai pun menyanyilah. “Si Luncai terjun dengan labu-labunya. Biarkan! Biarkan!”
Mendengar Si Luncai menyanyi itu, pesuruh raja itu mula tertarik dan beberapa orang pekayuh mula menyanyi: “Si Luncai terjun dengan labu-labunya!”
Maka beberapa orang yang lain pun menjawablah: “Biarkan! Biarkan!” Akhirnya mereka menjadi dua kumpulan menyanyikan lagu itu.
“Si Luncai terjun dengan labu-labunya!”
“Biarkan! Biarkan!”
Demikian lagu itu dinyanyikan berulang-ulang hingga lekalah mereka semuanya.
Melihatkan keadaan itu, maka Si Luncai pun keluar dari guni dan dia mengisikan beberapa biji labu ke dalam guni itu dan kemudian dia mengambil dua biji labu yang lain lalu terjun dar perahu itu. Si Luncai berenang ke tepian menggunakan pelampung labu air yang dua biji itu.
Apabila sampai ke tengah laut, pesuruh raja pun mencampakkan guni itu ke dalam laut. Pada mereka, matilah Si Luncai dan merka pun baliklah memberitahu raja akan hal itu. Tiada siapa yang tahu bahawa Si Luncai sebenarnya telah berenang sampai ke pantai
Pesuruh raja pun bersiaplah membawa Si Luncai ke dalam perahu untuk dibawa ke tengah laut kerana Si Luncai akan dibuang ke dalam laut itu nanti. Si Luncai telah dimasukkan ke dalam sebuah guni dan dipikul ke pangkalan.
Apabila sekaliannya telah siap, maka perahu itu pun dikayuhlah ke tengah laut. Dari dalam guni itu Si Luncai dapat melihat beberapa biji labu air terdapat di dalam perahu. Setelah lama mereka berkayuh, maka Si Luncai berkata; “kasihan benar aku melihat kamu semua terlalu teruk berkayuh. Mahukah kamu semua jika aku ajarkan lagu untuk menghilangkan penat kamu semua itu?”
Salah seorang daripada mereka berkata; “Diamlah kamu, sebentar lagi kamu akan dicampakkan ke dalam laut ini”. Mendengar kata-kata yang sedemikian itu, maka Si Luncai pun menyanyilah. “Si Luncai terjun dengan labu-labunya. Biarkan! Biarkan!”
Mendengar Si Luncai menyanyi itu, pesuruh raja itu mula tertarik dan beberapa orang pekayuh mula menyanyi: “Si Luncai terjun dengan labu-labunya!”
Maka beberapa orang yang lain pun menjawablah: “Biarkan! Biarkan!” Akhirnya mereka menjadi dua kumpulan menyanyikan lagu itu.
“Si Luncai terjun dengan labu-labunya!”
“Biarkan! Biarkan!”
Demikian lagu itu dinyanyikan berulang-ulang hingga lekalah mereka semuanya.
Melihatkan keadaan itu, maka Si Luncai pun keluar dari guni dan dia mengisikan beberapa biji labu ke dalam guni itu dan kemudian dia mengambil dua biji labu yang lain lalu terjun dar perahu itu. Si Luncai berenang ke tepian menggunakan pelampung labu air yang dua biji itu.
Apabila sampai ke tengah laut, pesuruh raja pun mencampakkan guni itu ke dalam laut. Pada mereka, matilah Si Luncai dan merka pun baliklah memberitahu raja akan hal itu. Tiada siapa yang tahu bahawa Si Luncai sebenarnya telah berenang sampai ke pantai
Sabah Nan
Aluih
Sabai Nan Aluih, adalah seorang gadis yang cantik sekali. Kecantikan Sabah
Nan Aluih kedengaran kepada Raja Nan Panjang di Luhak Lima Puluh. Maka Raja Nan
Panjang pun mengirim utusan untuk meminang Sabai Nan Aluih.
Peminangan Raja Nan Panjang ditolak oleh Raja Babanding, ayahanda Sabai Nan
Aluih.Pertama Raja Nan Panjang adalah orang yang garang, kelakuannya
buruk,usianya pun sudah lanjut,serta beristri banyak. Raja Nan Panjang tidak
terima atas penolakan tersebut akhirnya terjadilah perang antar mereka.
Pada malamnya Sabai Nan Aluih bermimpi buruk sekali. Karena itu Ia melarang
Ayahandanya untuk pergi berperang melawan Raja Nan Panjang,tetapi Ayahandanya
tidak memperdulikan nasihat putrinya, dia lantas bertengkar dengan Raja Nan
Panjang.Saat pertikaian Raja Nan Panjang hampir celaka, namun memberi isyarat
kepada kawannya,Raja Nan Kongkong, yang segera menembak Raja Babanding.Maka,
Raja Babanding pun jatuh rebah ke tanah,mayatnya lalu dibuang ke dalam semak
belukar.
Seorang anak gembala menjumpai mayat Raja Babanding dan segera mengabarkan
hal ini kepada Sabai Nan Aluih. Dengan mendengar ytersebut Sabai Nan Aluih
terkejut serta berlari menjumpai ayahandanya. Sabah Nan Aluih marah sekali dan
hendak menuntut balas atas kematian ayahnya.
Sabai Nan Aluih pergi mendapatkan Raja Nan Panjang dan mengabarkannya serta
menembak. Dalam perlawanan itu,Raja Nan Panjang pun tertembak mati oleh Sabai
Nan Aluih,Narawatu, isteri Raja Nan Panjang, diminta membawa pulang mayat
suaminya.
Ceita Sabai Nan Aluih ini seolah-olah mengingatkan kepada orang tua agar
jangan hanya menyayangi anak laki-laki saja.Anak perempuan yang dianggap lemah
terkadang justru dapat menjadi anak yang pemberani dan lebih mencintai orang
tuanya.
Disuatu negeri bertahta seorang Raja yang bijak
dengan dibantu oleh para menteri dan hulubalang lainnya. Dalam negeri ini
hiduplah seorang petani yang mempunyai seorang anak laki-laki yang dinamakannya
Belalang, sehingga semua orang petani ini dengan sebutan Pak Belalang.
Dalam suatu masa, terjadi kemarau panjang di negeri
ini, sehingga para petani tidak dapat bertani, sehingga petani ini menjadi
kesusahan untuk mencari makan. Unutk makan sehari-hari hanya seadanya saja,
kadang makan ubi, tebu, pisang, keladi dan sebagainya.

Suatu hari Pak Belalang berkata kepada anaknya nama
Si Belalang itu, “wahai anakku, sekarang ini tidak ada apa-apa yang dapat
dijadikan makanan kita untuk kita bertiga”
Maka jawab anaknya, “Apakah yang ayah pikirkan?”
Maka Pak Belalang menjawab, “Aku berpikir,
bagaimana kalau kamu sembunyikan kerbau orang yang sedang digembalakan itu satu
atau dua ekor, sembunyikanlah dalam semak-semak. Nanti jika orang-orang gempar
karena kehilangan kerbau, katakanlah kepada mereka bahwa aku tahu pandai
meramal dan menentukan dimana tempat kerbau itu.”
Setelah itu si Belalang pergi ke tempat orang-orang
menggembalakan kerbau, dan menunggu sampai para pengembala itu istrirahat di
gubuk utuk makan siang. Pada saat itulah si Belalang, dengan mengendap-endap,
menarik tali dua ekor kerbau dan menyembunyikan di semak-semak seusai perintah
bapaknya. Setelah itu dia kembal kepada bapaknya utuk memberi tahu tanda-tanda
tempat dimana dia menyembunyikan kerbau-kerbau tersebut. Bapaknya sangat senang
mendengarkan oerkataan bapaknya karena si anak benar-benar mengikuti
perkataannya.
Ketika hari sudah petang, para gembalapun
bersiap-siap untuk pulang dan mengumpulkan kerbau gembala mereka, tapi ternyata
ada kerbau yang hilang. Walaupun sudah dicari kemana-mana, mereka tak dapat
menemukan kerbau tersebut, sehingga gemparlah seisi dusun karena kerbau yang
hilang ini. Karena lelah mencari, maka si gembalapun bertanya-tanya, siapakah
gerangan yang bisa meramal dan mencari kerbau-kerbau tersebut. Ketika itu Si
Belalang sedang bermain dekat-dekat mereka itu. Maka katanya, bapakku tahu juga
sedikit-sedikit meramal.
Maka orang-orang inipun pergi ke rumah Pak Belalang
untuk minta diramalkan. Sesampainya di rumah pak Belalang, Pak Belalangpun bertanya,
“apakah hajat kamu sekalian ini?”
Merekapun menjawab, “Kami ini menemui Pak Belalang
untuk minta ramalkan kerbau kami yang hilang, sudah jenuh kami mencarinya.”
Maka Pak Belalang pun mengambil kertas yang lusuh,
dicorat-coretnya kertas itu seperti tulisan cakar ayam saja, dengan lagak yang
meyakinkan, sambil menghitung jari-jarinya dan memejam-mejamkan matanya.
Setelah itu diapun berkata.
“Kerbau itu ada dua ya? berada disemak-semak
disebelah barat, arah matahari terbenam. Harus segera diambil, kalau tidak,
mungkin akan mati.
Setelah mendengar perkataan Pak Belalang, betapa
senang orang-orang yang datang ini, mereka segera mencari kerbau ketempat yang
ditunjukkan oleh Pak Belalang dan benar saja seperti yang diucapkan Pak
Belalang, mereka menemukan dua ekor kerbau yang sudah lemah karena kehausan.
Kerbau-kerbau itupun mereka diambil dan dibawa pulang kerumahnya. Sebagai tanda
terima kasih, maka singgahlah mereka itu dirumah Pak Belalang, dengan membawa
banyak hadiah berupa beras, padi, tembakau, gambir, ikan dan lain-lainnya
seharga lima puluh dirham. Dengan senang hati Pak Belalang menerima hadiah
mereka itu, sehingga mereka sekeluargapun dapat makan.
BY: NURUL KHABIBAH
0 komentar:
Posting Komentar