BENDERA
SETENGAH
TIANG
(Terinspirasi dari Puisi Negeri Para Bedebah: Adhie M Massardi)
Karya
Zohry Junedi
_____________________________________________
Catatan publisher BandarNaskah.blogspot.com:
Mementaskan naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Zohry Junedi
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?id=1704112218
HP: 081229091987
Catatan publisher BandarNaskah.blogspot.com:
Mementaskan naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Zohry Junedi
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?id=1704112218
HP: 081229091987
Prolog Terlalu naïf bagi negeri ini, bila harus
kisah ini kusimpan sendiri dalam kukungan ketidakadilan, keserakahan dan
kesewenang wenangan, bangsa ini sudah terlalu sabar mentolerir setiap dosa dosa
yang kemudian dianggap musibah masal sebagai kambing hitam atas kita, biar
pertiwi ini tau bahwa dinegeri ini pernah ada satu kisah yang mungkin saja
tidak patut diteladani, oleh kita.
ADEGAN I
(Instrument Music: Merpati Putih, Erwin Gutawa)
Muncul sosok
bayangan 2 orang kelam, tidak terlalu jelas apa yang mereka bicarakan, mereka
terlibat dalam transaksi gelap, konspirasi!
ADEGAN II
(Countinue Instrument Music: Merpati Putih)
Seorang lelaki
tak muda, muncul perlahan lahan menuju tiang bendera yang telah dikibarkan
setengah tiang sebagai perlambang duka atas banyak pristiwa yang menimpa ibu
pertiwi. Disusul beberapa orang penghuni pemukiman kumuh, dibawah kolong langit
itu.
Orang Tua:
(Hormat penuh
haru ketiang bendera)
Pengemis I:
(mengais ngais
sampah berharap menemukan sesuatu yang bisa dimakan)
Pengemis II:
(masuk memulung
sampah disekitar panggung)
Wanita I,II:
(mencuci baju
dipinggir sungai)
Wanita III dan
anaknya:
(sibuk menimang
bayinya yang kurang gizi)
Pengemis I:
(sambil terus melahap
sisa2 makanannya)
hei orang tua,
berhentilah menggoda bendera itu, setiap hari kulihat kau selalu berdiri tak
pantang sekalipun panas, lihatlah tubuhmu sekarang kurus serupa bambu tua itu,
Pengemis II:
Bagooss . . . BagooSs . .
Pengemis I:
Hei orang tua,
sebenarnya apa yang kau harapkan dari sikapmu itu?? Sepanjang hari hanya
menatap bendera itu saja, Dasar orang tua goblok, orang tua aneh!
Pengemis II:
Betul . . . Betul
. . .
Pengemis I:
Wahai orang tua,
berhentilah menjadi orang sok idealis seperti itu, berhentilah menjadi orang
suci, takkah kau lihat di negeri ini tidak ada lagi namanya keidealisan, tidak
ada lagi orang orang sok suci sepertimu, terlebih lagi orang miskin,ya kayak
situ!!! semuanya serigala berbulu racun, sudah tidak ada lagi orang – orang
yang dapat dipercaya dinegeri ini,
Pengemis II:
Betul . . . betul
. . .
Pengemis I:
negeri ini adalah
negeri para bedebah, hahahaaa . . . .
kau tau ciri ciri
negeri para bedebah wahai orang tua???
Itulah negeri
yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya
makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli
negeri orang
Yang upahnya
serapah dan bogem mentah
Pengemis II:
Betul . . . betul
. . .
Pengemis I:
Di negeri para
bedebah
Orang baik dan
bersih dianggap salah
Dipenjarakan
hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat
dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya
penguasa yang boleh marah
Sedangkan
rakyatnya hanya bisa pasrah
Pengemis II:
Betul . . . betul
. . .
Pengemis I:
Hei pemulung
goblok, tal tul tal tul, ngerti apa luh tentang negeri ini, sekolah aja ga. kau
tau? kita semua ini adalah korban korban penindasan di negeri merdeka: lihat saja Gayus Tambunan dan Misbakhul,
sekarang sedang enak enaknya menari di udelmu ituh??!!
Pengemis II:
betul betul betul
. . .
He, udel husss!!!
jangan sembarang klo ngomong ntar ditangkap Propam lho, heheee . . .
Pengemis I:
Heiii asal kamu
tau yah, sekarang ini jamannya reformasi, semua orang bebas bersuara , liat aja
Si Julia Perez bisa ikut nyalon bupati di pacitan dan si Maria Eva kasus video
porno dulu dibolehkan nyalon jadi bupati sidoarjo ??!
Pengemis II:
Demokrasi ya
Demokrasi Bos asal jangan kebablasan ajah,
Ohh ia satu hal
lagi yang ingin kukatakan padamu ???
Pengemis I:
Apa tuh ???
Pengemis II:
Prikitiewwwwwwww
. . . .!!!!?!?!
Pengemis I:
Brengsekkk!!!!!
(pengemis I
melanjutkan kembali makan dari mengais sampah)
Pengemis I:
Haaa, aku tau . .
. aku tau . . . aku tau mengapa kau rela berdiri tegap penuh hikmad seperti ini
setiap hari, aku tau, kau pasti Berharap dapat penghargaan dari presiden yah,
akhhh, kau pasti ikut undian berhadiah yah, biar dapat uang banyak dari presiden
yah, wah wah wah . . .
Ternyata kau
licik juga orang tua!!!!
Wah klo begitu
aku harus ikut berdiri juga . . . .
Pengemis II:
Iya betul betul .
. .
Ha, hadiah berapa
hadiahnya (segera menyusul hormat ke tiang bendera)
(Kemudian orang
tua, Pengemis I dan II berdiri sambil hormat ke tiang bendera)
Pengemis I:
Akhh, berapa lama
memangnya kita harus berdiri disini orang tua ?!
Akhhh demi uang
aku akan bertahan disini wahai orang tua!!!
Pengemis II:
Iya betul betul
betul . . . .
Pengemis I:
Stttt . . . .
Pengemis II:
Woyyy, sekalian
penghuni pemukiman kumuh “Suka Mundur”
kumpul, kita bakal dapet hadiah uang dari presiden susilo bambang yudhoyono,
Kumpul...
Pengemis I:
Stttt jangan
berisik ntar ga dapat hadiah loh. . . .
Wanita I :
(celingak
celinguk kemudian ikut hormat ke tiang bendera)
Wanita II:
(kemudian ikut
berdiri hormat ke tiang bendera)
Wanita III dan
anaknya:
(ikut berdiri
sambil menenangkan anak-anaknya)
ADEGAN III
(Instrument Music: Sirine Satpol PP disusul
Buldozer)
Tiba – tiba
muncul beberapa orang Satpol PP berniat menggusur lokasi pemukiman kumuh,
disertai bolduzer2 yang gagah, siap meratakan Lokasi.
Pemuda:
Satpol, ada
Satpol PP . . . Lariiiiiiiiiiiiii . . .
. . !!!!!
Satpol PP:
(tanpa ba ..bi..
bu.., langsung datang menggusur lokasi, mempora porandakan pemukiman yang telah
lama berdiri, dan bahkan melebihi umur para Satpol PP itu sendiri)
Semua Penghuni
pemukiman kumuh:
(berteriak
ketakutan, berusaha menyelamatkan diri sendiri)
Tolonggggg
hentikan pak . . . .!!!
(semua rumah
rumah kumuh diratakan oleh bulldozer yang ganas,yang tersisa hanya sebuah tiang
bendera, masih tegap berdiri)
Pengemis I:
Jangan!!!! Jangan
pak, itu gubuk kami pak, itu tanah kami pak, itu satu satunya hak kami pak,
jangan lagi kau hisap darah kami pak, apa salah kami, berapa banyak lagi air
mata harus kami tumpahkan agar penderitaan ini segera usai, jangan pak jangan
pak . . . . jangann!!!!
Wanita III:
Kami tau kami
orang miskin pak dan kami memang tidak pernah menentang kalau kami miskin, kami
memang tidak pernah protes karena memang kami selalu diam, tapi kalau begini apakah kami harus diam,
didepan mata kami tuan tuan berlaku seperti penjajah, didepan orang tua kami,
tuan tuan ajarkan untuk tidak menghormati sesama, didepan anak anak kami, tuan
tuan ajarkan kemaksiatan, kekerasan dan pembunuhan, lantas apakah kami harus
bisa terima??? Walau kami miskin tapi kami punya harga diri?!!! Kami Protess!!!!
Satpol PP:
(berusaha
menghancurkan tiang bendera dan hendak merobek bendera)
Orang Tua:
Berhenti, antek
antek penjajah!!! Orang orang suruhan pejabat tak berpusat, apa lagi yang
hendak kalian rampas dari negeri ini???!
Belum cukupkah
kebahagiaan kami yang telah kalian sandera, belum cukupkah air mata negeri ini
kalian rampok, kami memang tidak punya apa apa lagi, karena memang telah kalian
rampok, yang tersisa hanya nurani kami dan bendera itu!!!!
Satpol PP:
Orang tua
goblok!!! Kalian dengar baik baik yah, Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Bedebah: nomor 999/SK-Penipuan/VII/2010 tentang penggusuran pemukiman kumuh “Suka Mundur” menimbang bla bla bla, mengingat bla bla bla,
memperhatikan bla bla bla, memutuskan bla bla bla menetapkan bahwa pemukiman
ini harus digusur dalam rangka pembangunan daerah metropolitan dan pembuatan
rumah rumah bordil, mengerti!!!
Jadi tidak ada
alasan lagi, semua harus diratakan termasuk bendera tua ini!!!!
Orang Tua:
Itu pertiwimu,
sejak kau belum lahir aku telah berada diatas tanah ini bersama merah putih
itu, dia satu satunya saksi perjalanan panjang bangsa ini, dia satu satunya
lambang kejujuran yang tinggal dinegeri bedebah ini, sudah 40 tahun aku
mempertahankannya dengan darah, untuknya aku rela menantang maut!!!
Satpol PP:
Apa yang kau
bicarakan orang tua gila,
(kemudian satpol
PP berusaha merobek bendera merah putih)
Orang Tua:
Berhenti kau
bedebah!!!!
(berdiri kemudian
mengambil pisau yang berada di saku satpol PP dan menikamnya, matiii!!!!)
(Instrument Music: Tanah Pusaka)
Epilog Keriput yang menempel di pipi dan
keningku memang menandakan aku sudah tak muda lagi, tapi jiwa dan darahku masih
tetap merah kental seperti dulu, darah yang telah dikorbankan untuk merah
putih, darah yang telah menjadi pengobar semangat ibu pertiwi, jadi tak
seorangpun kubiarkan menyentuhnya, termasuk juga kau , Bedebah!!!!
T H E E N
D
0 komentar:
Posting Komentar